Senin, 27 Juni 2011

Di Balik Sebuah Etnografi

Peristiwa-peristiwa yang terjadi saat turlap merupakan sesuatu yang berkesan bagi seorang Antropolog. Entah itu senang, sedih, kesal, dan perasaan yang begitu campur aduk di alami selama proses pembuatan catatan etnografi. Setiap daerah yang dijadikan tempat untuk penelitian, memiliki perbedaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan itu nampak dari cara hidup maupun cara pandang masyarakat setempat. Itulah adalah hal yang membuat turlap menjadi berkesan.
Kesan-kesan saat turlap akan selalu terkenang di dalam ingatan seorang Antropolog.Apa yang terjadi saat turlap merupakan hal-hal yang sulit terlupakan dalam ingatan. Kebetulan, pada edisi kali ini Antropolog yang menceritakan tentang pengalamannya saat turlap ialah Iwan Meulia Pirous, M.A. yang akrab disapa Mas Iwan atau mas Ipir dalam kehidupan sehari-hari. Beliau adalah seorang Antropolog sekaligus dosen di jurusan Antropologi Sosial, Universitas Indonesia.
Bagi mas Iwan, turlap merupakan sesuatu hal yang sangat mengesankan.Menurut pandangan mas Iwan, turlap merupakan suatu hal yang menarik dimana ia bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang tidak ia temui di kota tempat ia menjalani kehidupan sehari-hari. Tempat-tempat turlap yang pernah mas Iwan jadikan tempat penelitian begitu banyak dan memiliki perbedaan-perbedaan.
Kali ini, edisi antropos tentang mas Iwan yang menceritakan tentang pengalaman turlapnya selama masih menempuh pendidikan S-2 di salah satu universitas di Inggris. Mas Iwan turlap di Desa Sadap, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Desa sadap sangat jauh dari keramaian kota bahkan sangat jauh sekali dari pusat pemerintahan Republik Indonesia, yaitu Ibu kota DKI Jakarta. Daerah ini merupakan daerah perbatasan antara Republik Indonesia dengan Malaysia. Mereka yang menempati daerah ini merupakan suku dayak.Di daerah inilah mas Iwan mendapatkan pengalaman turlap paling mengesankan dalam hidupnya. Keberangkatan mas Iwan ke tempat ini tidak sendiri, melainkan ditemani oleh beberapa orang rekannya.
Di Desa Sadap, Mas Iwan disambut oleh penduduk setempat, bahkan penduduk setempat merasa senang dan bangga bisa bertemu dengan orang-orang yang boleh dikatakan asing bagi mereka sebagai penduduk setempat. Ini nampak dari hampir semua rumah disana ingin dijadikan tempat bermalam bagi mas Iwan selama tinggal di Desa Sadap. Penduduk desa sadap sangat ramah dan menghormati kedatangan mas Iwan beserta rekan-rekannya. Ada suatu kejadian menarik saat pertama kali menginjakan kaki di desa sadap. Kejadian ini, bagi mas Iwan boleh dibilang merupakan inisiasi dirinya saat turlap. Kejadian ini adalah saat mas Iwan dan rekannya di takut-takuti dengan cerita yang tidak langsung ditujukan kepada mas Iwan melalui cerita tentang mekanisme pemenggalan kepala yang biasa dilakukan oleh suku dayak.Akan tetapi, ini sama sekali tidak membuat mas Iwan gentar untuk melakukan suatu penelitian di Desa Sadap karena dia tahu bahwa itu hanya sebuah lelucon. Saat pertama kali ingin beraktifitas di desa sadap, mas Iwan tidak begitu tahu apa yang harus diperbuat, karena tidak ada perencanaan dan jadwal yang begitu jelas. Apa yang harus dilakukan dan kemana saja ia harus berkunjung demi peneliitian merupakan suatu hal yang cukup membingungkan baginya. Dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari, keadaan di desa itu tidak seperti di kota yang merupakan tempat menjalani aktifitasnya sehari-hari.
 Pada saat turlap, mas Iwan menceritakan bahwa kegiatan di kota yang serba terencana tidak seperti di Desa Sadap dimana ketentuan waktu itu sulit diprediksi. Sebagai contoh, mas Iwan harus bersabar saat menunggu angkutan kota saat ingin pergi ke daerah lain sehingga ia tidak bisa menentukan kapan ia sampai di suatu tempat dengan menggunakan angkutan kota tersebut. Inilah salah satu contoh yang nampak saat seorang antropolog tidak bisa memprediksikan waktu yang tepat saat turlap. Namun, perlu diketahui bahwa dibalik peristiwa tersebut ada pelajaran yang bisa dipetik, yaitu bersabar . Dengan kesabaran, mas Iwan mampu membiasakan diri dengan kondisi-kondisi desa yang tidak sama dengan kota tempat ia menjalani aktifitasnya sehari-hari.
Menjadi seorang Antropolog harus siap menerima konsekuensi yang ada, demikian dikatakan mas Iwan. Menjadi seorang yang ditertawakan merupakan salah satu konsekuensi dari seorang antropolog, misalnya seperti Geertz yang ditertawakan saat turlap atau mas Iwan sendiri yang ditertawakan saat ikut menari di “hari Gawai” hingga tak kuat meminum minuman yang memabukan ala masyarakat setempat.
Mas Iwan menjelaskan bahwa seorang antropolog mesti total, menerima apa adanya, dan tidak mengeluh  akan peristiwa-peristiwa yang dijalani. Apabila penuh dengan keluh dan trauma akan suatu daerah yang dijadikan penelitian maka akan menyulitkan bagi dirinya untuk melakukan penelitian di wilayah itu kembali, bahkan di wilayah lain. Cara-cara hidup yang berbeda saat turlap merupakan hal-hal yang tidak mesti dikeluhkan. Mas Iwan menceritakan bahwa dirinya saat ikut serta mengikuti sebuah perayaan rutin masyarakat setempat yang disebut dengan “hari gawai”, dirinya tidak mengeluh untuk menari bersama perempuan orang-orang dayak. Mas Iwan total mengikuti perayaan tersebut dan menerima apa adanya.
Di dalam suatu penelitian, beliau memberitahukan bahwa seorang Antropolog itu harus menguasai terlebih dahulu metode-metode penelitian antropologi yang pernah dipelajari karena disaat turlap hal itu tidak dimungkinkan lagi. Nah, itulah yang membuat seorang antropolog bisa membaca situasi dan melakukan apa yang harus dilakukan saat mengalami situasi tertentu. Selain itu, turlap sebagai kegiatan yang tidak begitu mudah membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Di dalam suatu penelitian, seorang antropolog tidak bisa langsung mendapat jawaban akan pertanyaan-pertanyaan yang timbul di dalam suatu penelitian. Tak seperti disiplin ilmu-ilmu lain di dalam suatu penelitian yang menyiapkan pertanyaan terlebih dahulu namun dapat dengan cepat langsung memperoleh jawaban. Dalam suatu pembuatan catatan etnografi, seorang antropolog mesti menyiapkan berbagai kemungkinan-kemungkinan yang merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya yang telah disiapkan . Berinteraksi dengan masyarakat setempat, tanpa harus formal menanyakan masyarakat setempat,dan menemukan kenyataan sebenarnya, antropolog bisa memperoleh jawaban akan penelitiannya.
Kenyataan sebenarnya merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian. Kenyataan yang sesuai dengan pertanyaan merupakan jawaban akan pertanyaan penelitian itu sendiri. Perkataan dari seorang informan mungkin saja tidak sesuai dengan kenyataan, oleh karena itu antropolog berusaha mencari dan menunggu jawaban melalui kenyataan yang didapati. Itulah yang membuat penelitian seorang antropolog itu lama, bahkan tidak semua pertanyaan di dalam suatu penelitian dapat terjawab. Melalui interaksi sehari-hari dengan masyarakat disertai dengan pengamatan yang tajam akan realita yang terjadi, seorang antropolog dapat memperoleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian dan kemungkinan-kemungkinan yang di pikirkan sebelumnya. Begitulah penjelasan mas Iwan tentang selama pencarian jawaban penelitian.
Saat-saat terakhir turlap di desa sadap, mas Iwan telah memperoleh begitu banyak informasi yang di dapat mengenai orang-orang dayak di desa sadap, kabupaten kapuas hulu. “Di balik sebuah etnografi” di sebuah desa yang begitu jauh dari keramaian kota terdapat begitu banyak kesan dalam hidup mas Iwan yang hingga sekarang tidak dapat dilupakan. Informan yang cukup kooperatif terhadap dirinya, melancarkan kegiatan penelitiannya selama berada di desa sadap. 
Sebagai penutup, bicara tentang “Di balik sebuah etnografi” tentunya tak akan lepas dari pengalaman-pengalaman seorang antropolog selama melakukan pembuatan catatan etnografi. Kesan-kesan yang timbul dari pengalaman yang dijalani adalah bagia dari hidup seorang antropolog. Kesabaran adalah salah satu kunci sukses selama proses pembuatan catatan etnografi. Pemahaman akan konsep relativisme budaya sangat penting dipahami. Selain itu, penguasaan materi metode penelitian antropologi sangat dibutuhkan saat turlap. Penelitian antropologi akan semakin berkualitas apabila informasi-informasi yang diperoleh saat penelitian sesuai dengan kenyataan dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Akhir kata, dilandasi dengan semangat yang tinggi, penuh dengan kesabaran, dan kerja keras maka proses pembuatan catatan etnografi akan berjalan dengan lancar.


Mas Iwan (Antropolog)



Oleh : Arief Budiman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar